Karaktermu = Shalatmu

10:00 PM Unknown 0 Comments

Seperti halnya malam dengan gelapnya ataupun siang dengan terangnya, setiap individu memiliki karakteristik masing-masing. Ada yang ‘terang’ dan ada yang ‘gelap’.
Pada dasarnya, hal ini disebabkan manusia berada pada posisi pertengahan, yaitu antara baik dan buruk. Meskipun manusia dinobatkan sebagai makhluk yang sempurna, namun tidak setiap manusia memiliki karakter yang sempurna pula, dalam artian bercitra baik di hadapan sesama manusia maupun dihadapan Allah SWT. Karena selain berpotensi untuk berbuat baik, setiap individu juga memiliki kecenderungan untuk memperbuat sesuatu yang tidak baik atau mengikuti hawa nafsunya yang kemudian berpaling dari ajaran Islam.


Ketika seorang muslim mengikuti hawa nafsunya tersebut, maka identitasnya sebagai umat Islam akan sulit dikenali. Padahal Rsulullah SAW telah mencontohkan perilaku muslim yang seharusnya, baik dalam perkataan, perbuatan, pemikiran dan lain sebagainya untuk dijadikan teladan bagi seluruh umatnya. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik…” (QS Al- Ahzab: 21)

Setiap umat Islam harus menyadari sepenuhnya bimbingan Allah melalui sunnah Rasulullah agar selalu ingat dan berintrospeksi terhadap apa yang telah diperbuatnya. Dengan demikian kita dapat mengukur sejauh mana kita meneladani Rasulullah.
Seorang muslim berkewajiban memperbaiki dirinya sebelum bertindak lebih jauh karena seorang muslim seharusnya memiliki akhlaqul karimah dan berusaha membentuk dirinya sebagai umat Islam yang berbudi luhur.

Untuk mencapai semua itu kita harus memulainya dari saat ini, karena karakteristik pribadi muslim dapat dibentuk dari perilaku atau kegiatan sehari-harinya. Sebagai contoh, jika seorang muslim rajin beribadah, maka dari setiap waktu yang dilaluinya ia akan selalu teringat kepada Allah. Dengan itu, ketika ia berpikir untuk mencoba melakukan sesuatu yang dilarang agama, maka hati kecilnya akan membantahnya , karena sedah terkait denga ajaran Islam.

Lain lagi dengan seseorang yang perilaku atau kegiatan sehari-harinya jauh dari mengingat Allah, maka tatkala ia bermaksud untuk melakukan sesuatu yan dilarang agama-pun, hati kecilnya tidak akan membantah karena mungkin baginya hal itu bukanlah perbuatan yang salah.

Faktor rutinitas ibadah pertama yang paling berpengaruh terhadap pembentikan pribadi muslim adalah shalat. Dalam tingkatan rukun Islam, shalat menduduki posisi kedua setelah syahadat. Hal ini menggabarkan bahwa shalat merupakan bagian yang penting dalam bangunan Islam. Dalam sebuah hadits ditegaskan bahwa shalat merupakan tiangnya agama. Selayaknya fungsi tiang, shalat merupakan factor yang sangat menentukan tegak atau robohnya bangunan Islam tersebut dalam diri seorang muslim.

Dengan kata lain, shalat menjadi tolak ukur terhadap kuat atau lemahnya aspek religi dalam diri seorang hamba. Seseorang yang sudah mampu mendirikan rukun Islam yang kedua ini dengan sempurna, maka dapat dipastikan dirinya menjadi seorang muslim yang memiliki akhlaqul karimah, karena niscaya shalatnya dapat membentengi terhadap perbuatan keji dan munkar. Allah SWT berfirman:
“…dan dirikanlah shalat karena sesungguhnya shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar…” (QS Al- Ankabut: 45)

Diantara ibadah-ibadah yang diwajibkan kepada umat Islam, shalat memiliki kedudukan tersendiri. Hal ini bisa kita lihat karena ibadah-ibadah wajib lain, seperti shaum, zakat dan haji hanya dilakukan sekali dalam setahun, sedangkan shalat merupakan ibadah yang dilakukan secara kontinyu (terus-menerus). Hal ini semata-mata bukan hanya rutinitas atau label agama saja, akan tetapi dibalik semua itu tersimpan makna serta keistimewaan-keistimewaan yang diantaranya sebagai pembentuk karakter atau budi pekerti.

Tercatat dalam sejarah, bahwa shalat adalah ibadah yang pertama diwajibkan oeh Allah. Selain itu, berbeda dengan ibadah lain yang disampaikan kepada Rasulullah dengan perantara wahyu, shalat disampaikan secara langsung ketika Rasul menjalani peristiwa Isra Mi’raj.

Identitas seorang muslim tidak terlepas dari ibadah shalat, karena shalat merupakan factor yang membedakan antara pribadi muslim dengan kafir. Orang muslim yang Islamnya benar, pasti melakukan ibadah shalat dengan kesungguhan dan kekhusyukan seraya berjamaah. Sedangkan mereka yang Islamnya hanya pengakuan saja, shalat hanya sekedar lambang atau keinginan untuk mendapatkan pengakuan.
Rasulullah SAW bersabda:
“Amalan yang pertama kali dihisab dari seseorang di akhirat nanti ialah shalatnya, jika shalatnya diterima, maka akan diterima pulalah amalan-amalannya yang lain, tetapi jika shalatnya ditolak, maka akan ditolak pula amalan-amalan yang yang lainnya.” (HR Thabrani)

Dari hadits di atas dapat difahami bahwa shalat dalah kunci diterima atau tidaknya amal seseorang. Maka jelaslah, bahwa shalat memiliki peranan besar bagi kehidupan manusia khususnya dalam pembentukan pribadi muslim. Teori ini kiranya perlu direalisasikan oleh semua umat muslim, dimulai dari didirikannya shalat dengan sempurna sehingga berpengaruh terhadap pembentukkan karakternya.

0 comments: