Mas Jowo yang Dicaesar

6:56 AM Unknown 1 Comments

Baiklah, waktunya membincangkan cowok-cowok kelasku, para kaum minoritas. Dari 50 orang jumlah kelas B, perjaka-perjaka ini hanya berjumlah Sembilan ekor saja. Ya… mungkin dengan alibi inilah mereka jadi so’ kecakepan semua (ups, ampun ndoro!)
Kita mulai dengan… Caesar. Yuph. Arihdya Caesar Pratikta. Mas jawa asal Cilacap.
Bagi yang belum kenal, jangan bayangkan Caesar seperti mas-mas pake blangkon dengan logat jawa yang kental yang kalau nomong, “ndalem mbak…”, “ora ono…”, “matur nuwun…”
Mas jawa yang satu ini dari “kesing”nya nggak kelihatan kayak wong jowo. Tinggi putih berkacamata gimana… gitu. Pertama kali kenal sama dia, kesan pertama yang tersirat adalah: Baik. Hal yang buat kami semakin yakin kalau dia cowok baik yaitu ketika kami satu angkatan mengikuti acara Spiritual Journey: acara yang sarat motivasi dari seorang trainer yang menekankan sisi spiritual kami untuk lebih dekat dengan-Nya. Saat itu, tibalah waktunya sang trainer menyangkutpautkan sosok orang tua dalam pembahasannya. Acara yang dilangsungkan tengah malam itu memang feel-nya dapet banget! Kami semua menangis tak tertahankan lebih dari dua jam. Dan terdengarlah suara tangisan yang paling keras diantara riuh redam tangisan lainnya. Kami celingukan mencari sosok sang pemilik tangisan. Beberapa teman perempuan menoleh kearah teman-teman laki-laki, dan didapatilah sosok itu sedang menangis terharu sejadi-jadinya: Caesar!
Sudahlah, tidak perlu dibahas lebih panjang lebar. (to Caesar: jangan marah ya… itu bukan aib atau kejelekan yang harus ditutu-tutupi koq, kami bangga punya teman yang mudah tersentuh dan sangat sayang pada orang tuanya. Oh Caesar… oh… oh…) Lebay!
Biar Caesar nggak marah sama aku, aku puji-puji aja deh. Neeh… Caesar tuh kalo menurut aku progress-nya pesat banget! Caesar yang sekarang beda lah sama Caesar yang pertama kali datang ke Bandung terus ngaku suka makan kangkung.
Nb: yang identik dengan Caesar à batik, IT, On Line forever, SO7, mmh… udah ah kebanyakan.
oh ya, ada yang kelewat. selidik punya selidik neeh sodara-sodara... sesuai sama julul yang dicantumkan di atas, mas jowo ini dinamain Caesar karena waktu melahirkan, eh dilahirkannya lewat operasi caesar..... gittuu...

1 comments:

Mahasiswa Terrajin dan Teu-rajin

6:39 AM Unknown 0 Comments


 Sekarang kita beranjak  pada salah seorang teman yang biasa duduk di bangku sayap kiri, yang juga merupakan teman sekamar saya. Siapa lagi kalau bukan Risna Kartika (huh, lebay-nyah diriku!) risna itu, hmm… baik banget! (sengaja muji biar dikasih hadiah). Dan entah suatu keberuntungan atau kesialan buat Risna, dia harus sekamar denganku selama satu tahun. Aku sendiri sih seneng-seneng aja, aku yang koleris sanguinis rasanya klop banget temenan sama orang melankolis plegmatis kayak Risna. Saling melengkapi, gituuu…^_^
Banyak sekali perbedaan antara aku dan Risna. Risna sang mahasiswa PPB ter-rajin harus barengan sama aku mahasiswa teu-rajin, risna yang pendiem harus selalu liat aku yang nggak bisa diem. Risna yang punya pacar harus sekamar sama aku yang jomblo (lho, emang ngaruh ya? Ya iya lah kan ngiri, hehe)
Diam-diam aku menyimpan kekaguman terhadap neneng Risna (ceu ilah). Mojang Bandung asal Ujung Berung ini memang layak diberi predikat rajin. Pasalnya, jauh sebelum tugas-tugas kuliah mencapai deadlinenya, neneng Risna sudah dengan senang hati mengerjakannya.
Contohnya, baca percakapan di bawah ini:
Via          : Lagi ngerjain apa, Na?
Risna     : Ngerjain tugas dinkel, tugas bikin buku.
Via          : Hahhh? Dosennya juga kan belom nugasin***

0 comments:

Si Sunda Tulen, Idha

6:33 AM Unknown 1 Comments


Ketika hendak melanjutkan “How Unique My Class” untuk sesi ke-2, aku bingung. Bukan bingung dengan apa yang akan ditulis, tapi bingung… siapa yang untuk saat ini akan aku ceritakan lebih dulu. Tapi setelah dipikir-pikir selama lima detik, akhirnya aku memutuskan bahwa sekarang aku akan memaparkan keunikan dari salah satu teman terbaikku yang bernama Khilda Nur Azizah.
Orang-orang memanggilnya Idha. Sedangkan yang bukan orang manggil dia... (yang bukan orang?). Ada juga yang manggil dia:
”ijaaaah......”
Kalo udah gitu Ijah pasti langsung menyahut,
”Iya nyaaaaak...”
Si Enyak menimpali,
”Jangan gila donk!”
Ups, itu mah lagunya Ijah Gunawan. Eh, Ivan Gunawan.
Tapi aku sendiri lebih senang manggil dia Idun. Bagi yang mau ikutan boleh-boleh saja, mari kita bersama-sama memberdayakan panggilan Idun untuk Khilda. Haha
Sejenak lupakanlah masalah panggilan yang paling cocok untuk Idun. Yang terpenting untuk kita bahas saat ini adalah: Who Is Idha?
Menurut kamus bahasa PPB, idha adalah Bandar gorengan (piss Idun, Idun cantik deh!). Tapi idha juga BBB: Bukan Bandar Biasa. Yang luar biasa dari Bandar yang satu ini adalah, dia merupakan Bandar yang selalu bersemangat. Idha berkoar-koar dengan senyumnya yang selalu mengembang untuk mengundang para pelanggan.
”Teh ia..... ieu aya pisang” kata idha suatu hari pada Mulya, sang penggemar pisang goreng keju.
Atau, ”Ngangge cengek teu?” kalimat yang sangat sering Idha lontarkan pada pembeli martabak atau karoket. Kalimat lainnya adalah,

 ”Pionk.... jajan!” yang dimaksud dengan Pionk adalah Silvia Fujiyastuti.


Jika diperhatikan, kalimat-kalimat yang diucapkan Idha selalu berbahasa Sunda. Neneng asal Soreang ini memang Sunda tulen. Tak jarang dia ”kaceletot” menggunakan bahasa Sunda ketika presentasi di depan kelas. Meskipun begitu, jangan anggap Sunda tulen adalah predikat yang negatif untuk Khilda. Karena dengan kesunda-sundaannya, Idha telah berhasil menjadi mojang Bandung yang ramah selayaknya ciri orang Sunda.
Betapa bangganya aku bisa berteman dengan seorang Idha. Idha yang ramah, baik hati, rajin menabung untuk biaya nikah (ups!), sholehah (meskipun agak mother Complex, hehe), centil dan pekerja keras.
Doa: ya Allah... semoga dengan mengekspos kebaikan-kebaikannya Idha ngasih karoket gratis! Amiin...
 

1 comments:

The Masculin Girl from Banten

6:19 AM Unknown 0 Comments

Hai, namaku Silvia (ups, udah tahu ya?). Baiklah, to the point saja. Ada suatu energi yang memaksaku untuk menulis tentang ini. Energi itu adalah kebahagiaan dan rasa syukur. Ketika duduk terdiam selama beberapa menit di ruang kelas yang pengap dengan lima puluh orang di dalamnya, sejenak aku berpikir dan menelusuri, apakah yang setiap hari membuatku tersenyum bahkan tertawa dengan lepasnya?
Satu saja yang kurasa sumber dari kebahagiannku: Kalian! Ya, kalian. Teman-teman jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan angkatan 2009  kelas B dengan berbagai karakteristiknya yang uniik.
Lihatlah seorang teman yang saat ini (dan seringkali) duduk di sebelahku ketika kuliah. Dialah Niken Dwi Cahyani. Gadis berkerudung lebar asal Serang Banten. Tidak seperti gadis berkerudung lebar (baca: Akhwat) lainnya, temanku yang satu ini  nggak ada anggun-anggunnya! Boro-boro mikir buat jadi anggun, yang ada di pikirannya cuma Agung kali! Hahaha… piss Nikun! Bukan maksudku menjelek-jelekkan dirimu, karena kejelekkanmu yang satu itu masih bisa tertutupi dengan kelebihan-kelebihan kamu. Kamu tahu? (ya… lu pasti tau da lu mah narsis!) kamu bisa buat orang lain iri dengan kecerdasan kamu. Its ok, sebenarnya kita, mahasiswa PPB adalah orang-orang yang cerdas. Hanya saja bedanya kamu bisa membuat orang lain tahu tentang isi otakmu karena kamu menyampaikannya dengan baik, yeah… bahasa verbal yang baik, lantang , lugas, dan yakin (meski belum tentu benar, hahaha). Hah, pokoknya yang namanya Niken itu unik deh!
Entah karena faktor hereditas atau lingkungan, dia tumbuh sebagai muslimah dengan karakter kuat. Koleris abis! Tahukan koleris? Optimis, leadership, bereaksi negative dan penuh inisiatif. Ya, itulah Niken.
Pada suatu hari, Niken merasakan perasaan aneh berkecamuk dalam dadanya. Dia jatuh cinta (suit suiitt…!). Perasaan ini membuatnya merasa harus meng-sms pujaan hatinya. Satu detik, dua detik, satu menit, dua menit, satu jam, satu hari, sms tak kunjung dibalas. Niken menunggu dengan harap-harap cemas. Sampai pada akhirnya ringtone hp-nya berbunyi dan dia melihat satu nama di layar hp-nya: nama si dia. Bukannya ngebuka tu sms, Niken malah jingkrak-jingkrakkan gak karuan. Ckckck… cepat minum obatmu, sayang.  
Di suatu hari yang lain Niken yang nggak feminim pernah bertanya, “Ada gak sih cowok yang suka sama cewek yang gak feminim?”
Spontan aku menjawab, “Ya ada, lah…” 
Wahai siapapun kamu, cowok yang suka sama cewek maskulin, katakanlah pada Niken bahwa kamu adalah buktinya! 
Hehe ^^

0 comments: