Behind the Scene "Contact Person"

9:14 PM Unknown 0 Comments


Saya sangat mencintai soulmate saya. Dialah yang selalu setia menemani hari-hari saya, suka dan suka, pahit dan manis, kami lalui bersama. Dia pulalah yang tahu benar bagaimana perjalanan hidup saya. Dia, saksi sejarah hidup saya.

Karenanya, saat ini saya ingin menuliskan sepenggal kisah penuh makna yang begitu mengajarkan saya arti kesabaran dan keikhlasan. Terimakasih yang tak terhingga untuk sang soulmate: HP Nokia 6070 keluaran tahun 2007.

Silakan komentari HP jadul yang saya gunakan di jaman yang serba canggih ini. Di saat orang lain sudah menggunakan teknologi sebagai cerminan gaya hidup mereka, saya masih setia dengan Hp butut, jadul yang fiturnya tidak lengkap ini. Bagaimanapun, sekali lagi, dia soulmate saya. (ngeles, padahal mah belum ada dana buat beli yang baru, hoho)

Dalam satu tahun terakhir, si Noki ini (nama panggilan HP saya), telah beralih fungsi dari yang tadinya digunakan sebatas untuk keperluan pribadi, sms-an ngalor ngidul dan tak puguh juntrungannya, kini bertaubat dan mewakafkan dirinya untuk ummat.

Setiap majikannya ini jadi panitia dalam suatu acara, seringkali dia jadi tumbal. (sebenarnya majikannya yang jadi tumbal), yaitu tiada lain adalah menjadi seorang “contact person

Sodara-sodara sebangsa dan setanah air, mungkin ada yang pernah mendapatkan sms promo acara, biasanya di bawahnya selalu tercantum nomor yang bisa dihubungi untuk informasi lebih lanjut. Atau di pamphlet, leaflet, spanduk, baligo, atau iklan di radio. Dalam beberapa acara, nomor yang tercantum di sana adalah nomor cantiknya si Noki. Alhasil, sms yang masuk ke hape jadul saya ini berasal dari nomor-nomor asing yang meskipun saya tidak tahu siapa pengirimnya, tetap harus saya balas, atau saya angkat telponnya dengan menunjukkan ekspresi yang seramah mungkin.

Namun karena pada dasarnya setiap individu itu unik, meski saya sudah berusaha untuk ramah, ada saja yang menanggapi dengan lempeng, jutek bahkan marah-marah pada saya. dalam hati jadi pengen nomong sendiri, “Ini sebenarnya siapa yang butuh sih?”

Contohnya waktu saya jadi panitia acara Kibar HIMI Persis. Karena kebetulan saya jadi koordinator perlombaan yang seluruhnya berjumlah 15 jenis lomba, maka saya yang jadi CP (Contac Person). Saya tahu benar apa konsekuensi yang saya harus tanggung ketika mengemban amanah ini. Pertama, saya harus benar-benar faham konsep acara dari A-Z. Kedua, saya harus selalu siap sedia kapanpun dimanapun untuk membalas sms dan telpon yang masuk. Ketiga, saya harus selalu memastikan bahwa si Noki tidak kehabisan pulsa. Keempat, saya harus siap-siap terkenal. Hehehe…

Namun selain empat poin yang sudah saya antisipasi sebelumya itu, ternyata ada poin lain yang tidak terprediksi sebelumnya, yaitu saya dimarahi peserta!

“Teh, saya dan teman-teman mau ikut lomba puisi, cerdas cermat, pidato b.inggris, pidato b.indonesia dan b.arab, sama lomba debat. Persayaratan dan ketentuannya apa aja?”
“untuk ketentuan lomba lengkapnya bisa dilihat di kibarhimipersis.wordpress.com. pendaftaran terakhir besok. Ditunggu ya… ^_^”
“saya nggak bisa ol teh, jauh ke warnetnya. Memangnya nggak bisa dismsin ya?”
“wah, kalau lwt sms nggak akan cukup 3 layar teh, hhe. Untk pidato temanya peran mhsswa sbg agent of change, puisi ada yg wajib ada yg pilihan. Puisinya sudah bisa dilihat di blog.. ”
“tolong ya, saya harap panitia bisa diajak kerjasama. Saya minta puisi dan peraturan lombanya dismskan. Terimakasih”

Dalam hati saya geram, mungkin muka saya juga terlihat kesalnya. Namun saya tidak boleh menunjukkan kekesalan saya. akhirnya saya menjawab,
“maaf Teh, puisinya sudah ditentukan, semuanya ada 1 puisi wajib dan 10 puisi pilihan, saya rasa teks puisinya tidak akan bisa dismskan, setiap lomba memiliki persyaratan yg berbeda. Untk persyaratan umumnya… bla..bla…bla…”
Akhirnya saya mengsmskan peraturan umum lomba. Dan seperti biasa, di ujung sms saya tidak boleh lupa menyisipkan symbol senyum, seolah saya memang sedang tersenyum, meski pada kenyataannya saya sedang manyun, sambil nyengir, ngomel, nangis, lalu ketawa terbahak-bahak sendirian. (lho?)

Ada yang bikin kesel, ada juga yang bikin saya cengengesan sambil geleng-geleng kepala. Pasalnya, ada salah satu peserta lomba KTI yang setelah mengirimkan makalahnya via email, si pengirim mengsms saya seperti ini,
“Teh, bisa tolong editin KTI saya? saya lupa yang bab III nya belum diedit. Yang itu tuh harusnya ada yang dibuang bagian B-nya, tarus yang bagian C diganti jadi bla..bla..bla… saya nggak sempet ngedit, lagian kata teteh terakhir dikumpulinnya kemaren. Tolong editin ya teh, KTI yang atas nama….bla..bla..bla…” Dia menyebutkan nama lengkapnya. Silakan tebak ekspresi saya ketika membaca sms itu!

Yang paling bikin kesel selama jadi CP perlombaab Kibar, adalah ketika peserta protes lewat sms karena hadiahnya tidak memuaskan.
“Setahu saya yang juara 1 itu hadiah yang dijanjikan adalah uang senilai sekian rupiah, kenapa yang saya dapatkan tidak sesuai ya?”
Padahal kami sebagai panitia, khususnya saya sebagai kordinator perlombaan merasa tidak pernah menjanjikan hadiah senilai uang sekian rupiah pada pemenang. Bahkan ketika technical meeting dengan sangat terbuka saya menjelaskan bahwa hadiahnya bukan berupa nominal uang, dengan alasan yang juga disampaikan secara terbuka.

Lain di Kibar, lain juga di acara Semerbak. Di acara ini saya jadi CP Sayembara Cerpen. Kejadian-kejadian lucu di Kibar juga terulang di sini. Peserta dengan karakter yang menuntut kesabaran seperti itu bukan hanya satu dua, tapi puluhan! Rasanya saya sudah kebal. Hihi. Yang unik di acara ini adalah adanya peserta yang mula-mulanya bertanya persyaratan lomba, lalu lanjut pada pertanyaan,
“teteh kordinatornya ya?”
“Hmm. Aktif di himi?
“kuliah di mana?”
“Jurusan apa”
“Wah hebat ya, berarti nanti di hari H kita bisa ketemu ya teh. Saya sedang ngambil S2 di *** (sensor). Oh ya namanya siapa?”

Gubrakkk!!

Itu terjadi beberapa bulan yang lalu, dan bulan-bulan ini, saya menjadi CP (lagi) pada Kuliah Kepenulisan FLP Bandung. Mungkin memang sudah sunatullah, individu itu unik dan melalui ini Allah menghendaki aku agar menjadi pribadi yang terus belajar sabar, ikhlas, ramah dan menyenangkan.

Saking ingin optimal dalam ber-ramah tamah ria, pada peserta yang tidak tahu tempat kuliah kepenulisan saya berkata,
“Teteh udah sampai mana? Sudah di salman belum?”
“Sudah. Dari kantin ke sebelah mana Teh?”
“Dari kentin ke bla..bla..bla..” saya menjelaskan rute dari kantin Salman ke gedung utsman.
“Wah saya bingung Teh sebelah mana ya? Nanya orang juga malah menyesatkan”
“Kalau begitu teteh tunggu aja deket kantin, biar saya jemput kesitu ya”
“Nggak usah Teh”
“Eh nggak apa-apa koq Teh, dari situ deket koq. Biar saya jemput saja, kasian tetehnya.”
“Saya laki-laki teh”

Lagi-lagi… GUBRAKKK!!!

Yah, begitulah sodara-sodara, di belakang berjalannya acara demi acara, selalu ada yang namanya contact person, sudah mulai terbayang kan apa saja yang dilakukan oleh seorang CP? Yang saya ceritakan di atas tidak lebih dari 25 persen saja dari keseluruhan pengalaman saya yang aneh-aneh. Asik ya! Hehe, apalagi ketika tiba saatnya acara di mulai pada hari H, para peserta biasanya mencari sesosok panitia yang selama ini berkomunikasi dengannya. Itulah dia sang contact person.


Salam manis dari Noki untuk semuanya.. ^_^


Suatu pagi,
6 Desember di kamar yang baru di-sapu.
Diiringi “11 Januari”-nya Gigi.

0 comments: