NARSIS BAGIAN DARI PENYAKIT JIWA?

9:04 PM Unknown 0 Comments

Writed By: Silvia F. Jasmine

"narsis ih!" Komentar beberapa teman saat lagi-lagi saya atau teman-teman yang lain berfoto-foto ria di kampus seraya menunggu kedatangan dosen.
"Gak narsis ya gak eksis!" Balas salah seorang teman nggak mau kalah, yang seketika langsung ciiisss! Dia nyengir ke arah kamera sambil mengacungkan jari tengah dan telunjuk tangan kanannya. Biasa.. gaya standar. He he he

Saya yang waktu itu kebetulan sedang memegang buku HYGIENE MENTAL karya Dr. Kartini Kartono yang diterbitkan oleh penerbit Bandar Maju di Bandung tahun 2000… (lengkap banget ya?)agak lupa-lupa ingat pasalnya kalo nggak salah di buku itu sedikit diulas seputar narsism. Lantas saya telusuri daftar isinya dan… hap! Ketemu. Halaman 64. Disana tercantum sebuah judul besar “REAKSI-FRUSTASI YANG NEGATIF KAITAN MEKANISME PELARIAN DIRI DENGAN GANGGUAN KEJIWAAN”. Ada sepuluh poin yang menjadi bagian dari judul di atas. Yang salah satu poinnya itu… narsisme. What? Narsisme bagian dari gangguan kejiwaan? Atau narsism adalah salah satu mekanisme pelarian diri? Slow down baby, kita lihat dulu dari definisinya. Sebenernya apa sih narsisme itu?
 Narsisme adalah cinta diri yang ekstrim. Paham yang menganggap diri sendiri sangat superior dan amat penting.
 Narsisme ialah perhatian yang sangat berlebihan pada diri sendiri, dan kurang atau tidak adanya perhatian pada diri orang lain.

Jadi, narsis merupakan suatu perasaan menganggap diri paling pandai, paling cakep, paling hebat, paling berkuasa, paling bagus, dan paling-paling lainnya (paling segalanya). Dengan demikian individu yang bersangkutan menganggap tidak perlu memikirkan orang lain atau sering kita sebut egosentris atau egois.
Bagi dirinya, yang paling penting adalah diri sendiri, dan dia tidak mau peduli pada dunia luar selain dirinya. Biasanya orang-orang yang narsistis seperti itu memiliki kecenderungan menjadi psikopat (hii..) a-sosial, atau menderita defek moral. Bisa juga menjadi kriminil yang sukar disembuhkan. Hmm..

Ini bukan opini atau persepsi saya lho… tapi ini murni berdasarkan referensi yang saya baca. Serem juga ya? Tapi jadi muncul pertanyaan baru neeh, jadi kalo punya hobi berfoto-foto ria sampai nyobain berbagai gaya, udah gitu langsung di upload ke facebook, di tag kesana-sini pula, narsis kah namanya? Kayaknya ada persepsi yang salah deh guys, kita lurusin bareng-bareng yuk!

Sebagaimana yang kita ketahui kalo marah, cemburu atau sakit itu adalah sesuatu yang wajar, mungkin senang dengan hasil foto sendiri juga adalah hal yang wajar ya? Tapi yang udah nggak wajar bahkan kurang ajar itu kalo marah, cemburu,dll udah jadi sifat kita. Alias pemarah, cemburuan, sakit-sakitan. Gitu juga dengan topik yang lagi kita bahas. Jangan sampe kesenangan terhadap beberapa aspek yang ada dalam diri kita menjadikan kita bangga dengan berlebihan sampai merasa bahwa diri kitalah yang paling wah dalam aspek itu. Jangan sampai penyakit hati itu (sombong) menjadikan kita lupa bahwa semua yang kita miliki adalah mutlak gift dari Sang Khalik. Apalagi jika sampai menganggap rendah orang lain dan hati kita benar-benar mati sehingga tidak mau memikirkan mereka. Ujung-ujungnya a-sosial trus psikopat deh! Naudzubillahi min dzalik..

Gimana, sampai sini udah pada bisa nyimpulin sendiri donk ya? Jadi kalo senang difoto.. (peupeuriheun gak jadi foto model) untuk sekedar dijadikan hobi no problem kayaknya, dalam hal ini saya pribadi sih masih bisa empati.. hehe

Apalagi kalau sudah pegang hp kamera. Di kosan, di kampus, di jalan, gak peduli di tempat sepi atau tempat rame, asalkan objeknya bagus langsung ciiisss deh! Siapa sih yang kayak gitu? Ada yang ngerasa? Hehe.. peace ahh!

-070310-

0 comments: