Show don't/and Tell
Hal yang menarik dari hubungan kita adalah adanya diskusi
yang tidak hanya menyangkut masalah logika, tapi juga mengenai perasaan. Tentu
bukan beralay-alay atau bermelankolis ria. Tapi bagiku ini cukup menjadi perhitungan
seberapa rasional perasaan yang kupunya untukmu. Meskipun sebenarnya tak
berhaklah kita mengukur masalah hati dengan menggunakan logika.
Pernah suatu hari kukatakan,
“Peraturan mencintai itu seperti peraturan dalam menulis
fiksi.” Kataku, maklum kita sama-sama menggeluti bidang sastra.
“Show, DON’T tell.” Lanjutku.
“Hei, show AND tell.” Katamu langsung menangkis
argumenku.
Ya ya ya, show and tell sesering, sebanyak dan setulus
mungkin, hanya pada mahramnya. Aku bergumam. Lantas bahasa tubuhku hanya
tersenyum, entah kau dapat membaca pikiranku atau tidak. Tapi berakhirnya
percakapan kita mengenai ini kurasa karena kita telah sama-sama menemukan
kesimpulannya. Tanpa harus didiskusikan kembali.
0 comments:
Post a Comment