First Anniversary: Tentang Cinta yang Lebih Besar dari Cintamu

12:00 AM Unknown 0 Comments

kemarin,
hari dimana seharian aku bermain dengan ingatanku;
tentang setahun lalu
di tanggal yang sama
ketika orang ramai merayakan kemerdekaan bangsa,
kita sibuk mencubiti lengan masing-masing.
mencoba meyakinkan diri bahwa hari ini bukanlah mimpi.
itu jelas nyata, Abi.
hari itu setahun yang lalu,
kita resmi suami-istri.

benarlah bahwa Rasulullah tidak memberikan contoh untuk memperingati,
tapi mengingat untuk bermuhasabah diri, itu keharusan yang pasti.
"sekadar untuk catatan pribadi, lalu mengapa harus ditulis disini?"
"untuk menjadi saksi kebesaran-Nya"
kita yang menuju pelaminan karena telah terlalu lama saling mengenal,
sadar akan bahaya yang mengintai. maka timbulah usaha yang agak 'memaksa' pada orang tua. mengatakan pada mereka, "kita mampu, mama!" meski angka usia sama-sama masih dua puluh dua. meski ijazah sarjana sama sekali belum kita punya. meski penghasilan kita belum sanggup menyandangkan predikat kaya.
"kita mampu, papa!"
meski dengan bekal seadanya, tapi besar ittikad untuk lebih keras berusaha.
dan kita menikah...
berusaha tunjukkan bukti atas janji-Nya dalam An-Nur ayat 32.
dan kita menikah...
melihat dunia dengan kaca mata berdua. mem-bijak-i masalah agar terkesan lebih indah. dan mencari solusi agar tantangan tampak mudah.
dan kita menikah...
saat kau memutuskan keluar dari pekerjaanmu dan ku tunda studiku.
dan kita menikah...
dimana setiap hari aku mencerewetimu dan kau balas tatapan teduh. mengingatkaku untuk selalu tawaddu. bukan untukmu, tapi untuk menyelamatkan surgaku sendiri; imbalan bagi istri shaliha.
dan kita menikah...
untuk kemudian merumuskan semua sendi dari titik awal.
tanpa rasa takut karena aku punya kamu, kamu punya aku, dan kita punya Dia.
dan kita menikah...
menepis semua pendapat "jangan punya momongan dulu!"
membuktikan pada mereka bahwa peri kecil kita lahir bersama berjuta karunia.
dan kita menikah...
hingga hari ini setahun setelahnya,
kita mampu buktikan kuasa-Nya;
ternyata kita selalu baik-baik saja
dan insyaAllah akan selalu baik-baik saja
selama bahtera kita memiliki (1) nahkoda, (2) penumpang yang sedia ke berkata 'ya' saat dibawa tujuan semula, sedia mengingatkan saat nahkoda mulai berbelok arah, dan sedia berpegangan tangan atau menyetirnya berdua saat badai melanda. dan (3) yang utama, TUJUAN pelayaran kita.
ah, malu rasanya.
ini setahun pertama, Abi.
kita tidak tahu apa-apa dibandingkan mereka yang telah berlayar lebih lama.
hanya mampu berdoa
semoga IA senantiasa mengiringi perjalanan kita.
karena jika IA ada, kita tidak butuh lagi apa-apa.

0 comments: